Senin, 16 Maret 2015

Lukisan

Lukisan adalah karya seni yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan cat dengan alat kuas lukis, pisau palet atau peralatan lain, yaitu memulaskan berbagai warna dan nuansa gradasi warna, dengan kedalaman warna tertentu juga komposisi warna tertentu dari bahan warna pigmen warna dalam pelarut (atau medium) dan gen pengikat (lem) untuk pengencer air, gen pegikat berupa minyak linen untuk cat minyak dengan pengencer terpenthin, pada permukaan (penyangga) seperti kertas,kanvas, atau dinding. Ini dilakukan oleh seorang pelukis; dengan kedalaman warna dan cita rasa pelukis, definisi ini digunakan terutama jika ia merupakan pencipta suatu karya lukisan.
manusia telah melukis selama 6 kali lebih lama berbanding penggunaan tulisan. Sebagai contoh lukisan-lukisan yang berada di gua-gua tempat tinggal manusia prasejarah.


Sejarah

Lukisan-lukisan tertua berada di Chauvet Grotte di Perancis, diklaim oleh beberapa sejarawan dari sekitar 32.000 tahun yang lalu. Lukisan itu diukir dan dicat menggunakan oker merah dan pigmen hitam dan menampakan kuda, badak, singa, kerbau, raksasa, desain abstrak dan sejenis sosok manusia mungkin parsial. Namun bukti paling awal penciptaan lukisan telah ditemukan di dua tempat penampungan batu di Arnhem Land, di Australia utara. Pada lapisan terendah material pada situs ini tidak digunakan potongan oker diperkirakan 60.000 tahun. Para arkeolog juga menemukan sebuah fragmen dari lukisan batu diawetkan dalam batu kapur batu-tempat penampungan di wilayah Kimberley Utara-Australia Barat, yaitu tanggal 40 000 tahun [2]. Ada contoh lukisan gua di seluruh dunia-di India , Perancis, Spanyol, Portugal, Cina, Australia, dll
Dalam budaya Barat lukisan minyak dan lukisan cat air memiliki tradisi kaya dan kompleks dalam hal gaya dan subjek. Dalam tinta Timur, tinta dan warna historis didominasi pilihan media dengan tradisi sama-sama kaya dan kompleks.
Penemuan fotografi memiliki dampak besar pada lukisan. Pada 1829, foto pertama diproduksi. Dari pertengahan hingga akhir abad 19, proses fotografi ditingkatkan dan setelah tampak lebih luas, lukisan kehilangan banyak tujuan historisnya untuk memberikan catatan yang akurat dari dunia yang dapat diamati. Ada memulai serangkaian gerakan seni ke abad ke-20 di mana pandangan Renaissance dunia itu terus terkikis, melalui Impresionisme, Post-Impresionisme, Fauvisme, Ekspresionisme, Kubisme dan Dadaism. Lukisan Timur dan Afrika, bagaimanapun, terus sejarah panjang stilisasi dan tidak mengalami transformasi setara pada saat yang sama.
Seni Modern dan Kontemporer telah menjauh dari nilai bersejarah kerajinan dan dokumentasi yang mendukung konsep; ini membuat beberapa orang mengatakan pada 1960 bahwa lukisan, sebagai bentuk seni yang serius, sudah mati. Ini juga tidak menghalangi sebagian besar pelukis yang hidup dari terus berlatih lukisan baik secara keseluruhan atau sebagian dari pekerjaan mereka. Vitalitas dan fleksibilitas dari lukisan di abad 21 memungkiri pernyataan prematur dari kehancurannya. Dalam zaman yang ditandai dengan gagasan pluralisme, tidak ada konsensus mengenai gaya perwakilan zaman. Karya-karya penting seni terus dilakukan dalam berbagai macam gaya dan temperamen estetika, pasar yang tersisa untuk menilai prestasi.
Di antara arah yang berkelanjutan dan arus dalam lukisan pada awal abad ke-21 adalah lukisan monokrom, Hard-tepi lukisan, abstraksi geometris, Peruntukan, Hyperrealism, fotorealisme, Ekspresionisme, Minimalis, Lyrical Abstraction, Pop Art, Op Art, Abstrak Ekspresionisme, Warna Lapangan lukisan, Neo-ekspresionisme, Kolase, lukisan Intermedia, lukisan kumpulan, lukisan Komputer seni, lukisan postmodern, Neo-Dada lukisan, lukisan kanvas Berbentuk, lukisan mural lingkungan, lukisan tokoh tradisional, lukisan Pemandangan, lukisan Potret, dan cat-on- kaca animasi.


Kebutuhan Lukisan

Dalam perkebangannya lukisan terkategorikan ke dalam kebutuhan sebuah lukisan dibuat.
  • Lukisan Idealis
Lukisan masih memperhatikan kebutuhan rasa untuk berkarya, dengan menuangkan segala aspek bahan, warna, efek-efek yang dihasilkan dari tehnik tanpa dipengaruhi oleh faktor komersil.
  • Lukisan Komersil
Dalam kebutuhan untuk menghias atau memberi aksen tambahan dalam estetika ruangan, lukisan sering menjadi aksen utama dan berkelas atas nilai seninya. Meski sebenarnya sebuah karya seni yang bernilai tidak selalu indentik dengan nilai ekonominya, tapi umumnya yang terjadi seperti itu. Adanya kebutuhan lukisan sebagai aksen interior lebih dari kebutuhan apresiasi sebuah karya seni membuat banyak lukisan yang sengaja dibuat untuk kebutuhan tersebut, dengan kata lain lukisan dibuat untuk tujuan komersil bukanlah sebuah manifestasi dari proses berkarya.


Kampung Lukis di Indonesia

Salah satu dalang wayang golek yang terkenal dari Jelekong adalah Asep Sunandar Sunarya. Pertunjukan wayang golek juga sering diadakan di Jelekong, tepatnya di Kampung Giriharja dekat kantor kelurahan.
Jelekong memang seperti Ubud-nya Bandung. Ada berbagai seniman seni lukis, wayang golek, jaipongan, pencak silat, dan sisingaan berada di sini. Salah satu seni yang banyak digeluti dan menjadi ciri khas dari Jelekong adalah seni lukis.



Sepanjang jalan utama Jelekong, kita akan disuguhkan ratusan kanvas pada kanan dan kiri jalan. Ada sekitar dua puluh galeri di sepanjang jalan ini. Bau cat yang masih basah langsung tercium saat kita memasuki kampung ini. Ada sekitar enam ratus pelukis yang menghasilkan karyanya di Jelekong. Setiap pelukis ini tentu memiliki ciri khas masing-masing dalam setiap karyanya.  Hal ini tentu bukan hal yang aneh lagi warga kampung pelukis di Bandung ini.
Beberapa lukisan khas dari Jelekong adalah lukisan tentang panorama pedesaan, adu ayam, buah-buahan, pacuan kuda, ikan koi, dan kereta kencana. Karya lukisan ini tidak hanya dipasarkan di Bandung, namun sudah merambah luar kota, seperti Bogor, Semarang, dan Bali, bahkan sampai ke luar negeri, seperti Arab Saudi dan Malaysia. Beberapa galeri di Bandung memajang lukisan dari Jelekong dengan harga yang lumayan tinggi. Banyak warga Jelekong yang memang menggantungkan penghidupannya dari penjualan lukisan-lukisan.
Keahlian melukis pada penduduk Jelekong diwarisakan secara turun temurun dari seniman lukis, Odin Rohidin. Dari Odin Rohidin inilah kemudian terbentuk kampung pelukis di Bandung. Saat ini hampir sekitar dua ratus kepala keluarga di Jelekong yang bisa hidup berkecukupan dengan produksi lukisan-lukisan itu. Harga lukisan dari Jelekong kebanyakan cukup murah, namun tetap memiliki kualitas yang tidak kalah dengan lukisan mahal. Seringkali pelukis Jelekong membuat lukisan yang sesuai dengan selera pasar. Karena itu inovasi dan kreasi tetap menjadi modal utama dari para pelukis Jelekong.
Satu lukisan pemandangan di atas kanvas dengan ukuran 135 cm x 40 cm dihargai bervariasi mulai dari Rp.150.000,00. Mahal tidaknya lukisan sangat tergantung dengan besarnya lukisan, tingkat kesulitan, serta cat yang dipakai. Lukisan dijual dari harga ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.
Kita bisa menjumpai karya-karya dari pelukis Jelekong di sepanjang Jalan Braga. Di sepanjang jalan ini kita akan menjumpai lukisan-lukisan dipajang di trotoar. Anda bisa juga langsung mengunjungi Jelekong, yang berada di kawasan Baleendah. Selain wisata budaya, ada berbagai tempat wisata lain di sekitar Jelekong, seperti Goa Landak, Curug Batukarut, dan Curug Cangkring.


http://id.wikipedia.org/wiki/Lukisan
sebandung.com